Selasa, 11 Desember 2012

Demam Korea Di Indonesia

        Demam Korea melanda Indonesia. Inilah fenomena budaya populer yang bertahan satu dekade terakhir. Jika dunia hiburan adalah sebuah industri, maka industri Korea berhasil mengimpor para artis/grup yang terus-menerus membombardir dengan berbagai nama baru.



Kedatangan Super Junior yang kedua kali di Indonesia pada 26 April 2012 bersama dengan artis baru EXO M yang berada dalam satu manajemen menjadi bukti strategi industri hiburan Korea merebut pasar di Indonesia.

Demam Korea berawal dari drama Korea yang tampil di layar kaca. Pertama-tama pemirsa televisi mengenal drama dari Jepang dan kemudian drama asal Taiwan. "Meteor Garden" dari Taiwan meraih sukses dan menjadi bukti selera pemirsa kita.

Kemunculan drama Korea berawal dari "Endless Love" yang diikuti arus besar gelombang drama Korea di layar kaca rumah-rumah Indonesia. Ketenaran drama Korea memuncak setelah drama "Full House" yang dibintangi artis Korea terkenal, Rain dan Song He Kyo. Drama "Endless Love", "Winter Sonata", "Sassy Girl Chunhyang", "Boys Before Flowers" dan "Full House" membuat para penonton setianya menjadi pecinta Korea, mulai dari bahasa, makanan, budaya, dan musik.

Kepopuleran drama-drama tersebut di atas membuat penonton Indonesia semakin terbuka akan Korea. Sejak saat itu istilah-istilah bahasa Korea seperti "anyonghasseyo" yang berarti salam, mulai terdengar dari mulut penonton drama Korea.

Dalam beberapa kesempatan, ketika fans ditanya mengapa menyukai drama Korea, jawaban yang muncul adalah kaya keragaman cerita dan akhir cerita yang tak bisa diduga, berbeda dengan sinetron Indonesia yang mudah ditebak kisahnya. Apalagi drama Korea tak melulu menampilkan kisah asmara. Ada pula yang menampilkan sejarah dalam drama kolosal yang memuaskan mata.

Kesuksesan drama Korea rupanya menjadi pintu masuk invasi KPOP, mengubah selera musik remaja. Telinga remaja Indonesia dengan mudah menerima lagu pop Korea, KPOP. KPOP merupakan singkatan dari Korean Pop, tren Korea yang juga dikenal sebagai Hallyu Wave. Dan tren musik KPOP mulai terlihat sejak 2006. Saat itu group-group seperti Shinhwa, TVXQ, Super Junior, SS501 mampu merebut hati fans Indonesia.

Demam Korea kini sudah sangat mewabah di Indonesia. Terlihat dari jumlah fans KPOP di Indonesia yang sangat banyak. Penyebutan sangat banyak bisa dilihat dari kemunculan beberapa kelompok penggemar yang tumbuh, terutama di dunia maya. Sejak tahun 2010, fans KPOP di Indonesia mulai terlihat aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan fans, baik dunia maya (bermunculan banyak sekali forum atau komunitas fans grup Indonesia) dan juga dunia nyata (banyak diadakannya gathering-gathering).

Seorang pedagang pernak-pernik KPOP mengaku tak pernah kekurangan event gathering. Di Jakarta, minimal satu gathering setiap pekan. Bahkan pada Minggu, 22 April silam berlangsung empat kegiatan gathering KPOP di Jakarta. Biasanya acara gathering berisi menonton rekaman konser, penampilan coverist dance, games antar fans hingga kegiatan amal seperti kunjungan ke panti jompo.

Kegemaran mengadakan gathering bukan cuma bagi mereka yang di Jakarta, Bandung menjadi lokasi penyelenggara rutin gathering meski hanya dalam skala 100 sampai 300-an orang.

Sesungguhnya hiruk pikuk demam KPOP sangat terasa di dunia maya. Jika menilik dari komunitas fans sendiri, masing-masing grup punya fansbase di Indonesia, biasanya satu grup satu fanbase. Untuk ukuran fanbase Indonesia tidaklah sebesar Thailand atau China. Di Indonesia, satu grup bisa memiliki dua atau lebih fanbase sehingga jumlah fans menyebar atau malah tidak dapat dihitung dengan pasti karena satu fans bisa bergabung dalam beberapa fanbase.

Contohnya untuk Super Junior, fanbase tertua adalah sujunesia, sejak 2006. Kemudian fanbase sujuindo. Dua forum ini yang paling terkenal dan punya nama di komunitas fans, masing-masing anggotanya kurang lebih 6000 orang. Umumnya fans di Indonesia akan bergabung dengan fanbase internasional, terutama untuk mendapatkan informasi terbaru yang lebih akurat.

Meski jumlah fans asal Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Thailand atau China, fans Indonesia merupakan fans militan yang aktif mengcover (meniru lagu dan aksi panggung) lagu Korea dan menaruhnya di Youtube. Fans KPOP Indonesia pun sangat loyal karena mereka rela keluar uang untuk membeli album asli dari Korea agar meningkatkan peringkat sales album idolanya di chart musik Korea. Album Korea rata-rata di atas $11 USD dan album Korea yang diterbitkan di Indonesia oleh label resmi umumnya berharga Rp100 ribu-an.

Selain militan dan loyal, fans KPOP Indonesia termasuk gemar membeli merchandise KPOP seperti photobook, kalender, poster, kaos yang harganya mencapai ratusan ribu rupiah. Peluang bisnis ini dimanfaatkan dengan pertumbuhan berbagai toko online produk Korea.

Fans Indonesia juga termasuk rela keluar kocek lebih dalam lagi demi menonton konser artis pujaan mereka yang manggung di Singapura atau Kuala Lumpur, saat Jakarta tak termasuk dalam daftar kota tur yang disinggahi.

Melihat militansi fans Indonesia, maka produsen Korea Selatan dengan mudah merebut pasar untuk beragam produk mereka, terutama mobile phone. Lihat saja bagaimana LG berhasil menarik fans KPOP dengan menggunakan Super Junior sebagai brand ambassador dan promo-promo berkaitan dengan Super Junior, yang otomatis meraih hati fans KPOP Indonesia yang kebanyakan fans Super Junior. Strategi merajai pasar dilakukan dengan menawarkan photobook Super Junior/Mousepad Super Junior jika membeli produk tertentu. Bahkan diskon tiket Konser Super Junior pun menjadi daya tarik promosi.

Selain LG, Sony pernah membawa Wonder Girls konser di Indonesia. Dengan hanya membeli produk Sony bisa menonton gratis konser Wonder Girls di tahun 2010. Alhasil banyak fans yang berbondong-bondong membeli produk agar bisa menonton konser Wonder Girls.

Memang Indonesia adalah pasar yang luar biasa. Segala hal berbau Korea, bisa dijual di Indonesia. Belakangan, tur ke Korea Selatan, terutama ke lokasi drama Korea menjadi tujuan wisata yang banyak diminati fans Indonesia. Maka tak salah jika disebut demam Korea mewabah Indonesia.

Fenomena KPOP kini mulai membawa pengaruh musik di Indonesia yang dulunya kebanyakan grup band dengan alat musik, sekarang menjadi girl/boy grup yang menitikberatkan pada nyanyian dan tarian. Beberapa nama meraup sukses dengan mengusung kemiripan gaya ala KPOP. Meski harus diakui, berkat tempaan manajemen yang ketat, kualitas vokal dan kemahiran dance personil grup-grup KPOP sangat luar biasa dibandingkan grup pengekor di Indonesia. Sementara dalam seni peran, sejumlah sinetron Indonesia, nyontek drama Korea, namun roh drama Korea toh tak bisa merasuk dalam dunia sinetron kita.

Imbas demam Korea juga bisa dilihat pula dari kehadiran majalah-majalah yang membahas Korea. Sebut saja: My Idol, Asian Stars, Asian Plus, AsianHits, AsianLooks, AsianDrama, KoreanDrama dan Korean Entertainment. Novel KPOP pun mulai bermunculan dan buku yang ditulis oleh fans seperti buku SOB2ST karya group @B2STIndonesia, Korean Idol karya Yuen Ai, Boyband dan girlband Korea karya Arif Sastranegara. Padahal pada 2009-2010, baru sebuah blog saja yang tersedia untuk menulis karya fiksi yang berkaitan tentang Super Junior.

Karena itu, bolehlah diklaim, demam Korea masih akan bertahan dan berlangsung lama.

3 komentar:

  1. Waduuh, demam korea udh bener2 menyerang Indonesia nih :D . Semua yg berbau korea pasti laris manis dh. Emg hebat bgt nih strategi bisnis hiburan korea, sampe bisa mempengaruhi dunia, termasuk Indonesia.

    BalasHapus